PEJUANG WANITA DI ASSUNNIYYAH “NYAI HAJJAH SA’ADAH JAUHARI”
Profil singkat Ummu Ma’had Assunniyyah
Ny. Hj. Sa’adah Jauhari. Beliau adalah istri kedua dari Romo K.H. Jauhari Zawawi. Perempuan bernama asli Sukarti ini lahir di Jember, 08 Juli 1940. Setelah menikah dengan Romo pada tahun 1952, Beliau lebih dikenal dengan nama Ny. Sa’adah, dan mulai menetap di ndalem timur sejak tahun 1955. Pernikahan Beliau dengan Romo dikaruniai 4 putra, yaitu K.H. Fahim Jauhari, K.H. Ahmad Sadid Jauhari, K.H. Rosiful Aqli, dan K.H. Ahmad Ghonim Jauhari.
Ny. Hj. Sa’adah Jauhari adalah seorang perempuan mulia yang memiliki sifat pekerja keras, loman, gigih, dan pemberani. Beliau juga selalu berusaha menjaga keharmonisan rumah tangga serta senantiasa memahami perasaan saudara-saudaranya.
Belum lama ini, ada sebuah kejadian menarik. Seorang tamu yang sedang sowan kepada Gus Ghonim, tiba-tiba mengulurkan sejumlah uang. Gus Ghonim keheranan ketika hendak menerima uang tersebut. Namun, si tamu kemudian menjelaskan bahwa beberapa tahun silam, ia pernah berniat meminjam uang kepada Ny. Sa’adah, tetapi waktu itu Nyai sedang tidak memiliki simpanan uang untuk dipinjamkan. Tidak kehilangan akal, Nyai Sa’adah lantas merelakan cincin emasnya untuk diberikan kepada si tamu. Nyai berpesan agar si tamu menjual cincin tersebut sehingga uang hasil penjualannya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarga.
Mendengar cerita itu, K.H. Ahmad Ghonim pun ikut membagikan kisahnya. Saat Beliau masih muda dulu, sekitar tahun 90-an, Beliau pernah meminta dibelikan sepedah motor oleh Romo Yai Jauhari, sayangnya keinginan tersebut tidak dikabulkan. Beliau merasa sangat kecewa atas sikap Romo. Di tengah kekecewaan itu, Nyai Sa’adah datang menghampiri. Dengan tutur kata yang lembut, Nyai Sa’adah memberi nasihat “Le, Bapakmu kuwi ora ngeke’i sepedah motor duduk polae medit, tapi mergo Bapakmu isih ngumpulno gawe engko mburine, supoyo lek Bapakmu wes sedo kowe ora kerepotan masalah ekonomi.” (Nak, Ayahmu itu tidak memberimu sepedah motor bukan karena pelit, tetapi karena Beliau masih menabung untuk masa yang akan datang nanti, sehingga ketika Ayahmu sudah berpulang kamu tidak kesulitan masalah ekonomi). Demikianlah salah satu cara Nyai Sa’adah menanamkan pengertian kepada putranya demi menjaga keharmonisan rumah tangga.
Menolong orang tidaklah mudah, apalagi kepada orang yang bukan merupakan kerabat dekat, tetapi Nyai Sa’adah justru tanpa ragu menolong siapapun, bahkan sampai merelakan barang berharganya untuk membantu sesama. Sedemikian mulianya hati seorang Nyai Sa’adah. Banyak sifat yang perlu diteladani dari Beliau, banyak pula hikmah yang dapat dipetik dari kisah-kisah Beliau. Itu hanyalah secuil kisah dari banyaknya kisah mengagumkan lain yang tidak banyak orang tahu.
Semoga manfa’at
ALFATIHAH