KEJUJURAN
SAHDAN ketika Imam Syafi’i kecil berpamitan ke ibunya akan berangkat ke Madinah untuk berguru ke Imam Malik, sang Ibu memberi bekal sangu sebanyak 450 dirham. Dan Imam Syafi’i kecil memohon agar ibu berkenan memberi pesan (wasiat) untuk pegangan kehidupan sepanjang mencari ilmu.
Ibunya berpesan agar selalu berbuat jujur (tidak berbohong) dalam segala keadaan.
Maka berangkatlah Imam Syafi’i bersama rombongan kafilah pengendara onta yang akan berangkat ke Madinah. Dan diantara sekian banyak rombongan itu, Imam Syafi’i paling kecil dan muda.
Dipertengahan jalan, kafilah ini dihadang rombongan perampok. Semua orang, digeledah dan dipaksa menyerahkan harta pemilikan yang dia bawa, termasuk Imam Syafi’i kecil.
Ketika giliran Imam Syafi’i, beliau ditanya: “adakah kamu membawa uang?”
Imam Syafi’i menjawab: “iya membawa uang”
Perampok bertanya lagi: “Berapa?”
Imam Syafi’i menjawab: “450 dirham”.
Mendengar jawaban Imam Syafi’i, perampok itu sama tertawa. Sembari berkata: “Hai anak kecil, jangan mempermainkan orang dewasa, masa ada anak kecil membawa uang sebanyak itu?” Ledeknya sambil tertawa. “Sudah kesana kamu” kata perampok itu sambil mendorong tubuh imam Syafi’i agar berkumpul dengan orang orang yang sudah digeledah dan diambil barangnya.
Setelah semua barang disita oleh para perampok, pimpinan perampok meneliti sambil bertanya kepada anak buahnya: “Apa sudah dirampas seluruh harta yang dibawa kafilah?”
Anak buah perampok menjawab: “Sudah. Kecuali anak kecil itu, yang mempermainkan kita, dengan mengatakan membawa uang 450 dirham, dan kami tidak mempercayainya. Karena itu tidak kami geledah”.
Mendengar keterangan anak buahnya, pimpinan perampok itu kemudian manggil Imam Syafi’i: “Hai anak kecil, kesini kamu”.
Imam Syafi’i mendekat, kemudian ditanya: “Apa benar kamu membawa uang 450 dirham?”
Imam Syafi’i menjawab: “Iya benar”.
“Kalau begitu, tunjukkan mana uangmu!”
Dengan tenang Imam Syafi’i merogoh sakunya yang ada didalam baju dan mengeluarkan uangnya yang sejumlah 450 dirham”.
Perilaku yang dilaksanakan oleh Imam Syafi’i ini, membikin bingung kepala perampok, karena yang laZim, biasanya orang menyembunyikan bawaannya dari perampok. Karena itu kepala perampok bertanya: “Kenapa kamu mengaku, kalau membawa uang sebanyak itu?”.
Maka Imam Syafi’i bercerita, bahwa ketika dirinya akan berangkat mondok ke Madinah dibawah asuhan Imam Malik, ibunya berpesan; “agar aku selalu jujur dalam segala keadaan”. Karena itulah aku jujur, meskipun aku tau kalau aku akan dirampok.
Mendengar penjelasan dan kepolosan Imam Syafi’i, kepala perampok malah menangis, dan menyesali perbuatannya.
“Kau telah membuka mata hatiku, sehingga aku menyadari, bahwa yang aku lakukan adalah kesalahan, karena itulah aku bertaubat” kata kepala perampok.
Demi melihat kepalanya bertaubat, maka seluruh anak buahnya pun berikrar bertaubat.
#Abdullah_khoiruzzad